POLISI NEWS | LANGKAT. M. Idris warga Pajak Ikan Lama pernah menceritakan kejadian nyata di masa itu sekitar tahun lima puluhan lebih kurang konon katanya dahulu ada sebuah keluarga kecil tinggal daerah bok tempat pemotongan hewan (babi) dulunya masyarakat Tionghoa banyak bermukim di daerah Gg Meriam kampung Sungai Bilah Kecamatan Babalan dan pada tahun 1992 telah dimekarkan menjadi tiga kecamatan, sekarang lebih dikenal dengan Kelurahan Sei Bilah Kecamatan Sei, Lepan Kabupaten Langkat,Sumatera Utara .
Dulu tempat itu masih hutan bakau dan rimbun sepi dan ada beberapa rumah penduduk di sekitaran didaerah tersebut.
Kalo sekarang menjadi perkuburan Muslim Sei Bilah.
Dan Sekarang tempat itu menjadi milik pemerintah dan dibangun perkantoran kelurahan Sei Bilah.
Dan posisi perkantoran kampung Sei Bilah dulunya teletak digang beringin disebut kantor balai Kampung Sungai Bilah.
M.Idris almarhum pernah mengatakan salah satu rumah bernama nenek Munah dan Suaminya Ilyas mereka bermumkim di tempat itu dan melihara kucing seperti biasanya kebanyakan orang pelihara kucing.
Konon katanya kucing miliknya melahirkan dua ekor anak kucing konon katanya kucing belang tiga dan sang nenek membesarkan kedua anak kucing tersebut.
Berhari hari dan berbulan bulan anak kucing tersebut beranjak dewasa dan mengalahkan besar induknya .
Konon katanya kucing itu bercanda dan kerap kejar -kejaran di rumah milik nenek Munah sehingga rumah panggung milik nenek Munah merasa berguyang.
Nenek Munah pun menegur sang kucing bak anaknya sendiri.
Singkat cerita anak kucing itu pun semakin lama semakin besar secara tidak wajar dan membuat hati nenek Munah menjadi kwatir atas keberadaan ke dua ekor anak kucing tersebut ,”cerita M Idris.
Tiba saatnya nenek Munah mengambil keputusan dan mengumpulkan kucing tersebut dan langsung memberi arahan? Wahai kucing belang tiga anak ku. Pergilah ke dalam hutan itu jangan lah tinggal di rumah ku lagi dan esok bila lapar mau makan datanglah. nenek Munah akan memberi makan.
Konon katanya kucing tersebut macam tau dengan ucapan nenek Munah dan langsung pergi meninggalkan rumah nenek Munah.
Singkat cerita setiap malam Jumat kucing belang tiga tersebut muncul di bawah kolong rumah dan nenek Munah pun turun dan memberi makan kueh tujuh macam warna bunga tujuh macam warna.
Pada setiap malam Jumat dan hari berlalu kemajuan zaman pun mulai berubah pembukaan hutan menjadi rumah penduduk dan daerah tersebut menjadi perkuburan Sei bilah. Dan menjadi tambak warga.
Nenek Munah pun telah tiada dan tinggallah sanak saudara dan anak cucunya, pada saat itulah apabila ada salah satu keluarga yang tersakiti maka salah satu anak nenek Munah tersebut mengalami kerasukan kucing besar dan manjat dinding dengan suara mendesah bak harimau dengan mengeluarkan kata kata jangan ganggu anak cucu ku. Jangan sakiti dia.
Kerasukan tersebut bisa memakan waktu 2 jam dan cara membujuknya dengan dibuatnya tujuh macam warna kueh dan tujuh macam warna bunga dan kemenyan berteh dll.
Kalo sekarang namanya puaka peliharaan orang dulu dulu.
Jurnalis | Muslim Yusuf