Oleh : Muhammad Syarifudin Al Tumaritis
Tanpa kita sadari kita telah banyak menghujat, banyak mencela, banyak menjatuhkan dan bahkan tak sungkan berlaku arogan terhadap sesama anak bangsa dan saudara sendiri. Seolah kita yang paling baik padahal dalam urusan keluarga sendiri, diantara kita masih belum bisa baik dan bijaksana.
Mirisnya agama terbawa, ulama terpecah sehingga membuat bingung manusia awam yang mencari pegangan mana yang harus diikuti, mana yang benar, karena semua mengaku benar dan baik sesuai pandangan dan cara pikir kelompoknya.
Kita terbawa suasana akibat sosmed dan cerita yang dibuat sekeruh mungkin, sehingga kita yang hanya memandang dari satu sisi apalagi sisi dalam dunia maya menjadi korban bahwa Ibu Pertiwi seolah-olah mencengkam.
Apalagi situasi seperti ini ditunggangi oleh beberapa kelompok yang memang sengaja menciptkan kekeruhan.
Terus terang saya adalah orang yang netral dengan cara pandang sendiri dalam menyikapi suatu hal, tapi dalam situasi ini tidak salahnya saya membuat post ini agar berharap bisa menjadi bagai sebuah pentilasi kecil sekalipun tiada masalah, agar kita bisa menjadi bijak dalam menyikapi suatu hal.
Saudara ku…
Pro dan kontra akan memecah belah kita, dan menghancurkan kita, menghancurkan sesama dan persaudaraan hingga pecahnya suatu bangsa. Perbedaan bukan sebagai permusuhan tapi sebagai pemersatu dengan pemikiran yang jernih, bukan pemikiran kita yang paling benar.
Saya berharap post ini tidak diperdebatkan tapi menjadi pertimbangan dengan gaya pikir saya secara individu. Jadilah pendingin diantara kekeruhan walaupun telah saya terangkan hanya sebagai pentilasi, walau teramat kecil sekalipun. Jangan menjadi orang yang memperkeruh suasana.
Jangan hancurkan persaudaraan, jangan rusak ukhuwah, jangan kau lemparkan kerikil diantara orang berdzikir, dan jangan kau rusak cita-cita pendiri ibu Pertiwi.
Bagaimana akan menjadi bijak jika kita sendiri tidak perduli pada anak cucu dan masa depan negeri ini.
Cinta tanah air itu penting, jika kita tidak mencintai tanah air negeri ini maka yang ada kekacauan, penindasan. penjajahan oleh bangsa sendiri.
Selama 350 tahun kita di jajah,selama itulah kita sulit bersatu hingga jatuh dalam keterpurukan. Jangan mengulang sejarah kelam negeri ini. Jangan buat duka ibu pertiwi. Jika kita hanya mementingkan kelompok sendiri maka kita tiada berarti.
Ibu Pertiwi tidak pernah kekurangan orang pintar berdasi tapi kita minim orang jujur yang peduli.
Wahai para yang mengaku petinggi negri.
Wahai para yang mengaku penguasa negri.
Singsingkan kerah dan lengan baju mu, tundukkan kepala mu pada negeri ini, belajar dari pengalaman pahit ibu Pertiwi. Jadilah bilah-bilah paku untuk memperkokoh negeri ini.
Wahai kau pemuda.
Wahai kau anak bangsa.
Wahai kau generasi milenial.
Jangan menjadi generasi yang sibuk dengan kealayan mu.
Mari genggam erat tangan saudara kita, ingat perjuangan pahlawan kita, pandang masa depan anak cucu kita dan negeri ini.
Semoga semua pihak menyadari terutama penguasa negeri agar mereka di beri hidayah Ilahi.
Sebab Indonesia ku, adalah Indonesia mu.
Dan jangan menjadi penghianatan di negeri sendiri.