KH. Iskandar Zulkarnain : Kecerobohan Birokrasi, Sampai Mengorbankan Gubernur

Nasional743 Dilihat

POLISI NEWS | JAWA TIMUR. Viral pemberitaan tentang acara Ulang tahun Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Pawarawansa yang diframing sebagai acara pesta dan mengabaikan prokes akhirnya direspon oleh pembina Yayasan Ittihad Wathoniyyah wa Insaniyyah, KH. Iskandar Zulkarnain Mahmud Al Banjari.

Gus Kurnain yang juga pernah menjabat Ketua LDNU Banyuwangi menyampaikan bahwa tabayyun harus dijunjung tinggi ditengah derasnya arus teknologi (media sosial). Apalagi kebenaran seringkali diukur dari banyaknya komentar dan share dari netizen, padahal komentar netizen adalah hasil dari persepsi atau opini yang belum bersandar pada keseimbangan informasi (tabayyun) dan fakta di lapangan.

“Sebenarnya sudah jelas klarifikasi Sekda, bahwa acara tersebut adalah inisiatif Sekda dan birokrasi. Tanpa sepengetahuan Gubernur dan Wakil Gubernur. Begini ini kan akhirnya Gubernur jadi korban dari niatan surprise Sekda yang dalam penilaian publik tidak peka dalam situasi pandemi covid19,” tuturnya.

Gus Kurnain juga menilai video yang beredar adalah video potongan. Video tersebut dinilainya bias, karena disertai narasi yang sengaja diframing menyerang dan menjatuhkan nama baik Gubernur dan Wakil Gubernur.

“Hasil video atau foto itu kan tergantung sudut pengambilan gambarnya. Saya itu kaget, karena setahu saya acara tersebut jauh dari tradisi Ibu Gubernur. Saya mengenal Ibu Khofifah lama, biasanya ketika ulang tahun ya buat acara tasyakuran sederhana. Apalagi disebutkan itu juga acara Wagub, la wong ultahnya mas emil masih besoknya. Ini kan seperti ada kesengajaan memframing untuk menjatuhkan pemimpin jawa timur. Satu lagi yang coba ditutupi oleh pihak penyebar berita ini ialah adanya santunan anak yatim dan penyerahan buku penanganan covid19. Sudah jelas ini diolah oleh pihak tak bertanggung jawab,” tambahnya dengan nada tegas.

Gus Kurnain juga ingin mengajak masyarakat khsusunya netizen untuk bijaksana dan bertabayun dalam menyikapi sesuatu yang dikhawatirkan berakibat menjadi fitnah dan merugikan orang lain. Apalagi dalam dunia politik, saling menyerang lawan politik sudah menjadi hal yang lumrah dalam tradisi politik di era digital.

Disi lain ia menilai reaksi publik yang mengkritik juga menjadi hal yang lumrah, mengingat masih dalam situasi pandemi covid19.

“Reaksi publik itu wajar, kita anggap itu sebagai perhatian rakyat kepada pemimpinnya. Namun birokrasi harus evaluasi diri, jangan sampai ke depan terjadi seperti ini lagi. Kasihan Ibu Gubernur jadi korban. Padahal Gubernur selama ini totalitas dalam penangan covid, sampai pernah dipuji Presiden Jokowi dan dalam data pertumbuhan ekonomi relatif baik dibanding daerah lain,”tutur penceramah kondang ini.

Gus Kurnain juga menjelaskan, kritik harus dilakukan jika melihat pemerintah dalam menjalankan roda pemerintahan tidak on the track. Al Qur’an telah mengatur dan memberi contoh bagaimana kritik itu dilakukan. Ketika Allah memerintahkan kepada Nabi Musa dan Nabi Harun untuk mendatangi/mengingatkan Fir’aun yg thogho (raja yg amat kejam dan mengaku dirinya sebagai Tuhan). Pesan Allah kepada Nabi Musa dan Nabi Harun saat akan berangkat adalah berkatalah kalian kepada Fir’aun dg ucapan yg lemah lembut (qaulan layyina) barang kali Fir’aun bisa ingat kembali atau takut kepadaku (Allah).

Imam Musthofa Al Gholayini dalam Kitab ‘Idhotun Nasiin berkata : Kamu tidak lebih baik dari Musa dan Harun dan pemerintah yg kamu kritik tdk lebih kejam dari Fir’aun.

“Saya ingin menekankan, kritik harus tetap dalam koridor kesopanan atau kritik yang beretika. Dan bersifat konstruktif atau membangun bukan kritik yg destruktif atau menghancurkan. Kritik yang beretika salah satunya adalah dengan melakukan tabayyun sesuai ajaran Al-Quran surat Al Hujurot,” pungkasnya.

Tim Liputan | Hery Adil S

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *